Dua warga di tembak aparat di sorong /suarapapua |
Holandia News, -Momen 50 tahun Integrasi Papua ke dalam Indonesia, ada dua versi yang berbeda yakni, ada yang merayakan Hari integrasi dan ada pula yang memperingati Hari Aneksasi.
Dalam menjelang kegiatan 1 mei, rakyat papua di arahkan dua pilihan yang berbeda, namun kenyataan lapangan kebanyakan rakyat papua memilih diam dan di tempat, namun ada juga dengan beriring-iringan merayakan HUT Integrasi, namun tidak kalah penting juga rakyat papua memperingati 1 mei sebagai hari malapetaka, atau hari penggabungan (Aneksasi) paksa oleh UNTEA kepada indonesia.
Dalam persiapan peringatan 1 mei, di sorong 3 orang telah menelan korban di tangan aparat. saat itu rakyat di sorong menyiapkan dan melakukan pertemuan untuk persiapan 1 mei, namun tiba-tiba para aparat TNI/Polri melakukan pembubaran dan penembakan sehingga 3 warga tertelan nyawa.
Bukan saja di sorong, ada juga di Biak, puluhan masa aksi di tangkap dan di interogasi oleh kepolisian daerah biak, dalam insiden itu telah di laporkan bahwa ada 1 mayat di temukan namun tidak ada media yang melaporkan.
sesuai dengan informasi yang kami peroleh, bahwa ada benarnya warga tewas dalam insiden itu, namun tidak ada saksi dan bukti yang bisa membuktikan sehingga kematian warga ini begitu saja di kuburkan keluarganya, dan tidak tahu apa penjebabnya. Aparat kepolisian di daerah itu tidak ada tindakan penyelidikan atas tewasnya warga ini.
Bukan saja di Biak ada pula di timika, dalam malam 1 mei seorang aktivis juga di temukan tewas oleh kerabanya, tidak ada menemukan siapa pelaku dan apa penyebabnya
Dan juga 16 Anggata demonstran di tangkap dan interogasi kepolisian daerah Timika papua.
Bukan saja di Sorong, Biak dan Timika, ada juga seorang remaja di temukan tewas di wamena, namun tidak ada akses berita dan penyelidikan para penegak Hukum sehingga, para kelurga di kuburkan saja.
Sungguh aneh tapi ini nyata, laporan melalui orang-orang yang kami percaya, dan hal ini telah membuktikan bahwa aprat TNI/Polri membasmi orang papua dengan bergerilya,
kami meminta Transparansi dan keterbukan akses jurnalis dan penyelidikan indenpenden atas situasi HAM di papua barat. (TW)