Translate

Share

HN. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Kamis, 13 Juni 2013

Mengenang 1 Tahun Pembunuhan Aktivis Mako Tabuni

0 komentar
Mako Tabuni
KNPBnews – Hari ini, satu tahun yang lalu, tokoh gerakan perlawanan sipil Papua Merdeka, Mako Tabuni  dibunuh Penguasa Indonesia melalui kepolisian dan Densus 88 tepat di putaran Perumnas 3, Waena, Jayapura, West Papua.

Ya, masih segar dalam ingatan kita, pagi itu pukul 8.00, 14 Juni, di muka umum, dan secara terang terangan, secara membabi buta Mako diberondong dengan gempuran peluruh anggota Polda Papua dan Densus 88 yang berpakean preman atas perintah Kapolda Papua, Irjen Pol Bigman L Tobing dan Wakapolda Papua Paulus Waterpau.

Mako yang jatuh terkapar peluru diangkat Polisi dalam kondisi hidup hingga ke di Rumah Sakit milik Kepolisian Bhayangkara Kota Raja. Menurut saksi mata di RS Bhayangkara melalui wawancara di TV ABC Australia, Mako dibawa keluar oleh anggota Densus 88 berpakaian preman dengan satu mobil dari RS Bhayangkara dalam kondisi hidup dan memberondong Mako di dahinya hingga tewas lalu mayat diantar kembali ke RS Bhayangkara.
 
Pihak Polda Papua, dibantu wartawan lokal dan nasional Indonesia merekayasa kronologis penembakan Mako Tabuni. Mereka beramai-ramai mengabarkan bahwa Mako ditembak karena hendak melawan Aparat. Mako juga dikatakan hendak melarikan diri. Ada juga versi lain bahwa Mako hendak rampas senjata milik Aparat, dan ada juga media kabarkan bahwa Mako hendak keluarkan pistol untuk tembak Polisi. Semua pernyataan rekayasa dari Polisi itu, seakan-akan dibenarkan oleh media cetak dan elektronik bayaran, kecuali Jubi yang saat itu merilis wawancara saksi kunci di lapangan kejadian.

Mako yang bernama asli Musa Tabuni adalah Wakil Ketua KNPB. Dirinya menjadi tumbal dari skenario kekacauan yang dibuat penguasa Indonesia melalui jajaran kepolisian Polda Papua, dimana Paulus Waterpau yang saat itu sedang ambisi untuk menjadi Kapolda Papua, juga Jakarta yang hendak mengelola isu teroris agar kemudian Tito Karnavian, mantan kepala Densus 88 itu dapat menduduki Kapolda Papua.

Mako Tabuni adalah pemimpin, juga pekerja perjuangan Papua Merdeka. Menurut Victor Yeimo, sesuai pemberitaan TV ABC Australia Mako adalah martir revolusi Papua Merdeka. Ia adalah sosok yang bernyali singa. Ia sosok sederhana yang sejak 2008 bergabung bersama Buchtar Tabuni dan Victor Yeimo membentuk  KNPB sebagai media perjuangan damai rakyat sipil Papua Barat.

Mengorganisir masa untuk demo, berbicara lantang dan tegas di media masa, dan orasi-orasi politik membakar semangat juang adalah pekerjaannya. Seperti halnya Buchtar, Victor dan aktivis KNPB lainnya, Mako semasa perjuangannya menjalani kehidupan di Penjara, dikejar, diteror dan diintimidasi penguasa kolonial Indonesia.

Bagi Indonesia, Mako Tabuni dan KNPB menjadi ancaman serius negara. Dan tidak ada cara lain selain mengatur pembunuhan dengan cara skenario kekerasan yang menjadikan Mako sebagai tumbal kejahatan. Benar apa yang diungkapkan Gustaf Kawer yang baru-baru ini dianugerahi penghargaan Pengacara dari Belanda bahwa Pembunuhan Mako membuktikan Polisi tidak mampu membuka kejahatan di pengadilan, “Bila Mako salah kenapa harus ditembak mati? Harusnya ditangkap agar dibuktikan di pengadilan. Inikan negara hukum, masa seseorang belum dibuktikan melanggar hukum tapi sudah langsung bunuh” kata Gustaf.

Setahun telah berlalu, dan almarhum Mako masih harum bagi rakyat Papua Barat. Mungkin benar bahwa  inilah realita dalam kungkungan kolonial, bahwa tidak pernah ada penghormatan terhadap kemanusiaan, apalagi keadilan bagi aktivis kemerdekaan bangsa Papua.  Mungkin benar apa yang selalu diingatkan Buchtar Tabuni bahwa “itulah  penjajah, dan memang penjajah harus seperti itu untuk tetap menjajah, kita harus lawan”, kata Buchtar.

Setahun sudah Mako tak lagi bersama keluarga besar KNPB, dan perjuangannya terus hidup dan tidak terkubur di pekuburan Sereh, Sentani. Semangat Mako terus ada seperti bendera “LAWAN” milik KNPB yang terus berkibar diatas pusara makam alm. Mako Tabuni. Mako akan dikenang terus dalam sejarah perjuangan bangsa Papua. 
“Selamat beristirahat dalam damai kawanku, kami akan merindukanmu selalu sepanjang masa”, demikian ungkapan perpisahan dari teman-teman seperjuanganya saat Ia dikuburkan pada 16 Juni 2012, dalam upacara pemakaman yang dipimpin Pdt. Dr. Benny Giay.

Leave a Reply

Labels

 
HOLANDIA NEWS © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here