Gubernur DKI Jakarta non-aktif Joko Widodo atau Jokowi nampaknya
memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) yang berlangsung Rabu, 9 Juli,
setelah dikeluarkannya hasil perhitungan cepat atau quick count oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS)-Cyrus Network.
memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) yang berlangsung Rabu, 9 Juli,
setelah dikeluarkannya hasil perhitungan cepat atau quick count oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS)-Cyrus Network.
Jokowi memperoleh suara 51,9 persen, sementara calon presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto, memperoleh 48,1 persen.
“Sekarang saatnya kita untuk mengawal rekapitulasi di KPUD maupun KPU
agar semuanya bersih, jujur, tidak ada intervensi,” kata Jokowi saat
konferensi pers di Jakarta.
agar semuanya bersih, jujur, tidak ada intervensi,” kata Jokowi saat
konferensi pers di Jakarta.
Sekitar 190 juta penduduk yang memiliki hak pilih memberikan suara
pada Pilpres hari itu yang dimulai pukul 07.00 hingga 12.00. Di
antaranya adalah kelompok minoritas agama. Mereka menyambut tanda-tanda
kemenangan Jokowi.
pada Pilpres hari itu yang dimulai pukul 07.00 hingga 12.00. Di
antaranya adalah kelompok minoritas agama. Mereka menyambut tanda-tanda
kemenangan Jokowi.
“Kemenangan Jokowi memberi harapan bagi perjuangan kami untuk bisa
menikmati kebebasan menjalankan agama sebagai minoritas,” kata Jalaludin
Rakhmat, seorang tokoh Syiah, kepada ucanews.com. “Kehadiran dia dalam
Pilpres ini merupakan kelanjutan dari proses reformasi kita untuk
menghentikan model kepemimpinan Orde Baru yang kita turunkan pada 1998.”
menikmati kebebasan menjalankan agama sebagai minoritas,” kata Jalaludin
Rakhmat, seorang tokoh Syiah, kepada ucanews.com. “Kehadiran dia dalam
Pilpres ini merupakan kelanjutan dari proses reformasi kita untuk
menghentikan model kepemimpinan Orde Baru yang kita turunkan pada 1998.”
Pada pertengahan Juni, Amnesty International (AI) mengeluarkan sebuah
pernyataan yang mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk
membebaskan pemimpin komunitas Syiah, Tajul Muluk, yang dipenjara karena
kasus penghinaan. Menurut AI, Tajul adalah tahanan nurani yang
dipenjara hanya karena secara damai mengekspresikan hak asasinya untuk
kebebasan berkeyakinan, bernurani, dan beragama.
pernyataan yang mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk
membebaskan pemimpin komunitas Syiah, Tajul Muluk, yang dipenjara karena
kasus penghinaan. Menurut AI, Tajul adalah tahanan nurani yang
dipenjara hanya karena secara damai mengekspresikan hak asasinya untuk
kebebasan berkeyakinan, bernurani, dan beragama.
Menurut Jalaludin, Jokowi tidak akan mudah menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi kelompok minoritas agama.
“Paling tidak, ia tidak punya beban moril untuk menindak
kelompok-kelompok intoleran yang selama ini menjadi pemicu persoalan,”
katanya, seraya menjelaskan bahwa Prabowo mendapat dukungan dari
kelompok intoleran.
kelompok-kelompok intoleran yang selama ini menjadi pemicu persoalan,”
katanya, seraya menjelaskan bahwa Prabowo mendapat dukungan dari
kelompok intoleran.
More: